Rabu, 26 Desember 2007

Kucing di Langit Langit (2)

Rekan rekan sekalian,

Terimakasih atas segala respon yang saya dapat dari milis dokter_hewan@ yahoogroups. com dan milis pecinta-kucing@ yahoogroups. Com mengenai bayi bayi kucing saya tsb.

Perlu saya beritahukan bahwa setelah saya perjuangkan beberapa hari, satu demi satu bayi bayi itu mati. Mula mula mati yang kakinya lumpuh. Memang ia yang paling lemah dari semuanya. Keesokan harinya satu lagi mati. Nafasnya empas-empis dan berbunyi ngiik-ngiik.

Tidak mau minum susu yang saya berikan. Jadi saya teteskan aja satu dua tetes di mulutnya yang kadang2 ia telan sedikit. Tapi lama lama tidak mau dan dibiarkannya susu setetes dua itu meleler melewati rongga mulutnya. Lalu sekitar tengah hari ia mati.

Tersisa dua, saya pikir akan survive dua itu. Saya jaga baik baik. Yang tadinya hanya saya beri lampu menyoroti kotaknya, kemudian saya bantu hangatkan dengan telapak tangan saya.

Tapi keesokan harinya lagi keduanya lemah, melewati proses kematian dua yang terdahulu. Menjelang sore, suaranya makin "sunyi". Satu mati lagi. Saya tidak yakin keesokan harinya akan masih hidup yang tersisa satu lagi. Tapi tetap saya tambahkan selimut2 untuk mengurangi penderitaannya.

Tengah malam saya terbangun beberapa kali dan memeriksa nafasnya. Masih empas empis dan makin lemah. Hampir subuh saya periksa lagi setelah saya tertidur sebentar. Sudah kaku badannya. Mati tak tersisa. :(

Ini menunjukkan betapa kompleks hubungan antara ibu dan anak, tak mudah tergantikan oleh usaha usaha dari luar. Alam telah memberikan kompatibilitas yang tak tergantikan dari ibu kepada anak melalui proses evolusi jutaan tahun.

Berpikir sampai disitu saya agak memaafkan diri dan berusaha membuang rasa bersalahku. Tapi saya akui, sampai sekarangpun rasa bersalah itu masih bertahan tak hilang sama sekali.

Saya meneliti apa yang telah saya lakukan. Bisa saja usus mudanya tidak mampu mencerna susu Dancow buatan pabrik manusia. Jadi bukannya kenyang malah menyiksa pencernaannya. Bisa saja kehangatannya kurang pas, meskipun setiap pagi saya jemur sejam di sinar mentari yang masih lembut. Ataukah terlalu lama sejam itu?..

Bisa saja terlalu kontras antara panas dan dingin karena tak ada induk yang melingkupi dengan badannya. Atau bisa saja bayi bayi itu perlu jilatan dari induknya. Saya merasa tak tahu apa apa soal itu semua. Jadi akhirnya pasrah dan menyerah.

Bahkan setelah keempat bayi kucing itu mati, ada rasa syukur malah di hati. Lega karena tahu mereka sudah tidak menderita lagi.

Tapi saya bergembira berada dalam komunitas penyayang binatang di milis2 ini.

Saya berpendapat manusia penyayang binatang adalah manusia dalam proses evolusi yang paling mutakhir (advance) yang hatinya bisa tersentuh oleh penderitaan, sekalipun itu Cuma penderitaan binatang. Manusia pada tahap yang paling manusiawi adalah yang bisa merasakan sentuhan2 itu.

Ketika manusia berbuat baik untuk manusia lain kadang kala karena semacam pamrih balas budi, kepada binatang niscaya tidak begitu karena binatang tentunya tidak kita harapkan balas budinya.

Saya kira menyayangi binatang adalah bentuk yang paling murni dan jujur dari sebuah perbuatan baik.

Mari kita tularkan "rasa" itu dan kita turunkan kepada anak anak kita.

Sekali lagi terimakasih kepada rekan rekan sekalian atas perhatiannya. Semoga bumi dipenuhi oleh rasa sayang yang lembut kepada sesama makhluk alam.

Salam

Ferry Wardiman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar